Pesan

SELAMAT DATANG..........

Rabu, 02 Februari 2011

Harta Yang Bernilai


       Di depan gerbang sebuah jembatan di sebuah kota di Eropa, duduklah seorang pengemis buta. Untuk mencari nafkahnya, setiap hari ia duduk di situ sambil memainkan biolanya yang sudah usang. Di depannya terdapat sebuah kaleng kosong. Melalui musik dari biola yang dimainkannya, ia berharap orang-orang yang lalu-lalang merasa iba dan meletakkan sedikit uang dalam kaleng kosong tersebut. Begitulah pengemis buta yang miskin ini melakukan kebiasaannya setiap hari.
       Pada suatu hari, seorang yang berpakaian rapi dan berjubah panjang, datang menghampiri pengemis tadi. Orang tersebut meminta agar si pengemis meminjamkan biolanya. Tentu saja dengan sigap si pengemis itu menolak meminjamkan biolanya kepada orang yang baru dikenalnya. Lalu, berkatalah pengemis itu, “Tidak! Ini adalah harta saya satu-satrunya yang paling berharga.!”
       Si pendatang itu tidak putus asa. Ia terus membujuk si pengemis agar mau meminjamkan biolanya tersebut hanya untuk memainkan sebuah lagu. Hingga akhirnya timbul rasa percaya diri si pengemis sehingga ia memberikan biolanya.

       Si pendatang mulai memainkan sebuah lagu yang sangat merdu. Suara biola begitu bening di tangan si pendatang sehinggaa membuat orang yang lalu-lalang berhenti mengelilingi pengemis dan si pendatang.Karena begitu merdu dan bagus membuat semua orang terpaku. Si pengemis tak mampu berucap sepatah kata pun. Kaleng yang tadinya kosong, tanpa disadari kini menjadi penuh dengan uang. Dan lagu demi lagu telah dimainkan oleh si pendatang tersebut.
       Akhirnya tiba waktunya si pendatang itu harus menyelesaikan permainannya. Sambil mengucapkan terima kasih, ia mengembalikan biola tersebut kepada si pengemis. Si pengemis sambil berurai air mata haru,  bertanya kepadanya, “Siapakah anda orang budiman?” Si pendatang tersenyum ramah dan dengan perlahan menyebut namanya “Paganini”.
       Semua orang terdiam karena semua orang telah mengenal nama tersebut. Ya seorang maestro biola. Paganini telah memberikan banyak berkat kepada pengemis itu, yang telah bersedia memberikan harta kesayangan satu-satunya untuk dipergunakan oleh sang maestro.
       Demikian jugalah dalam kehidupan kita dalam mengiring Tuhan Yesus. Apakah kita rela memberikan seluruh harta kekayaan kita kepada Tuhan Yesus? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar